Selayang Pandang, Kesultanan Negeri Perak
Perak merupakan salah satu negeri tertua di Tanah Melayu. Belum ditemukan data yang memberikan informasi secara pasti tentang kapan mulai berdirinya Negeri Perak, sebagai cikal bakal Kesultanan Perak pada masa awal sejarah. Sejumlah pakar sejarah sering mengkaitkan Negeri Perak dengan nama sejenis logam, perak. Ada juga pakar sejarah lainnya, seperti Halim Nasir yang berpendapat bahwa nama Perak diambil dari nama Sungai Perak di Chegar Galah, yang di dalamnya terdapat sejenis ikan berwarna putih seperti perak.
Sejarah awal berdirinya Perak dapat ditelusuri melalui dua sumber utama, yaitu Sejarah Melayu dan Salasilah Perak. Kedua sumber tersebut mencatat bahwa Kesultanan Perak berdiri pada tahun 1528 M. Proses berdirinya Kesultanan Perak tidak terlepas dari peran Kesultanan Melaka ketika itu. Pada tahun 1551 M, Melaka jatuh di tangan Portugis. Sultan Mahmud Shah (Sultan Melaka ke-7 yang memerintah antara tahun 1488-1551 M) melarikan diri dan menetap di Kampar, yang sekarang masuk dalam wilayah Provinsi Riau. Ia kemudian diangkat sebagai Sultan Kampar.
Tun Saban, Pembesar Negeri Perak yang memerintah kawasan Hulu Sungai Perak hingga Kuala Temong, bersama dengan Nakhoda Kassim pergi menghadap Sultan Mahmud Shah. Tun Saban meminta agar putra Sultan Mahmud Shah yang bernama Muzaffar Shah bersedia memimpin di Perak. Para pembesar Perak merasa perlu adanya kepemimpinan yang berasal dari keturunan Malaka karena kebesaran dan kewibawaan sultan-sultan Malaka serta struktur pemerintahan Kesultanan Malaka pada saat itu yang telah berpengaruh besar dalam keseluruhan wilayah Tanah Melayu.
Pada tahun 1528 M, Muzaffar Shah kemudian diangkat sebagai Sultan Perak I dengan gelar Paduka Seri Sultan Muzaffar Shah I. Ibukota Kesultanan Perak berpusat di Tanah Abang. Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Kesultanan Perak merupakan kelanjutan dari Kesultanan Malaka yang telah jatuh di tangan Portugis pada tahun 1551 M.
Silsilah
1. Sultan Muzaffar Shah (1528-1540 M)
2. Sultan Mansur Shah I (1549-1577 M)
3. Sultan Ahmad Tajuddin (1577-1584 M)
4. Sultan Tajul Ariffin Shah (1584-1594 M)
5. Sultan Alauddin Shah (1594-1603 M)
6. Sultan Mukaddam Shah (1603-1619 M)
7. Sultan Mansur Shah II (1619-1627 M)
Struktur Pemerintahan
Struktur pemerintahan Kesultanan Perak secara umum sama dengan struktur pemerintahan yang berlaku di Kesultanan Malaka. Sultan merupakan penguasa tertinggi di Kesultanan Perak. Ia dibantu oleh sejumlah pembesar kesultanan.
Ada 12 pembesar kesultanan dengan gelarnya masing-masing, sebagaimana berikut ini:
1. Yang Amat Berhormat Orang Kaya Bendahara Seri Maharaja wakil al Sultan Wazir Kabir (pembesar ini pada masa Sultan Muzaffar Shah adalah Megat Terawis)
2. Yang Amat Berhormat Orang Kaya Besar Maharaja Di Raja
3. Yang Amat Berhormat Orang Kaya Temenggong Paduka Raja
4. Yang Amat Berhormat Orang Kaya Menteri Paduka Tuan
5. Yang Berhomat Orang Kaya-kaya Laksamana Raja Mahkota
6. Yang Berhomat Orang Kaya-kaya Sri Adika Raja Shahbandar Muda
7. Yang Berhomat Orang Kaya-kaya Panglima Kinta Sri Amar di-Raja
8. Yang Berhomat Orang Kaya-kaya Panglima Bukit Gantang Sri Amar Bangsa di-Raja
9. Yang Berhomat Orang Kaya-kaya Shahbandar Paduka Indra
10. Yang Berhomat Orang Kaya-kaya Setia Bijaya di-Raja
11. Yang Berhomat Orang Kaya-kaya Imam Paduka Tuan
12. Yang Berhomat Orang Kaya-kaya Mahakurnia Indra di-Raja
Kehidupan Sosial-Budaya Jumlah penduduk di Kesultanan Perak adalah 1,930,382 yang terdiri atas: Batang Padang (152,137), Kinta (751,825), Kuala Kangsar (154,048), Larut Matang/Selama (273,321), Hilir Perak (191,098), Keriang (52,651), Manjung (191,004), Hulu Perak (82,195), dan Perak Tengah (82,103).
Kesultanan Perak dikenal dengan hasil ekonominya berupa biji timah. Dengan hasil bumi ini, Perak menjadi kesultanan yang kian berkembang dan terus maju. Pada masa lalu, kekayaan sumber daya alam ini mendatangkan banyak minat kerajaan lain untuk menguasasi Perak. Pada tahun 1575 M, Kesultanan Aceh pernah menyerang Perak dan menjadikannya sebagai negeri jajahan.
Post a Comment