Selayang Pandang, Kesultanan Negeri Kedah
Sejarah pendirian Kesultanan Kedah belum diketahui secara pasti. Deskripsi sejarah tentang kesultanan ini yang baru dapat dilakukan adalah sebatas pada spekulasi tentang asal usulnya. Namun, yang pasti bahwa sejarah kesultanan ini bermula dari eksistensi Negeri Kedah yang telah lama berdiri sebelumnya. Berikut ini akan dibahas sejarah pembentukan Negeri Kedah terlebih dahulu sebelum masuk pada masa pendirian Kesultanan Kedah.
Masa Pembentukan Negeri Kedah
Diperkirakan, Negeri Kedah yang merupakan cikal bakal terbentuknya Kesultanan Kedah bermula dari pembentukan pelabuhan pada abad ke-5. Ketika pelabuhan maritim ini berkembang pesat, kawasan ini menjadi ramai karena letaknya yang strategis berada di tengah-tengah antara India dan negara-negara Arab di sebelah barat dan China di sebelah timur. Negeri Kedah kemudian menjadi kota pelabuhan yang berkembang pesat, yang dikunjungi oleh para pedagang dari Arab, Parsi, China, Eropa, dan India.
Di wilayah ini terdapat sejumlah peninggalan prasejarah yang dapat dijadikan bukti adanya Negeri Kedah, yaitu berupa gua-gua batu kapur yang merupakan tempat tinggal nenek moyang prasejarah, seperti di Kubang Pasu, Kota Star, dan Baling. Di wilayah ini terdapat sebuah gunung yang sangat indah di pesisir pantai, yang dapat dilihat oleh para pelaut yang kebetulan menyusuri Laut Hindia.
Pada masa awal pembentukannya, Negeri Kedah banyak dipengaruhi oleh negeri serantau, seperti Negeri Funan dan juga kerajaan lainnya, seperti Kerajaan Sriwijaya. Institusi politik dan pemerintahan negeri ini pernah dipengaruhi oleh warisan agama Hindu dan Buddha dari India. Pengaruh dua agama tersebut sangat penting dalam awal mula pembentukan Negeri Kedah. Banyak masyarakat di negeri ini yang memeluk agama Hindu dan Buddha.
Masuknya Islam ke Negeri Kedah kemudian mempengaruhi institusi politik dan pemerintahan yang sudah mapan itu. Banyak penduduk di negeri ini yang telah memeluk Islam sejak abad pertama Hijriah. Bukti sejarahnya adalah banyaknya pedagang dari negeri Arab yang datang ke negeri ini. Pada abad ke-9 dan 10, banyak orang Islam di China yang melarikan diri ke Negeri Kedah untuk mencari perlindungan. Hal itu disebabkan karena adanya pemberontakan di Canton pada tahun 878 yang melibatkan para pedagang dari Arab. Bukti sejarah lain adalah ditemukannya batu nisan di Tanjung Inggris, Langgar, pada tahun 1962. Di nisan ini tercatat nama Sheikh Abdul Kadir Ibn Husin Shah Alam (Aliran), tanggal 29 Hijriah (651 Masehi) atau 290 H (920 M).
Sejak masuknya Islam ke Negeri Kedah terjadi pula proses Islamisasi terhadap sejumlah raja. Penulis-penulis istana pada saat itu banyak yang mencatat bagaimana proses pengislaman raja pertama di Negeri Kedah sebagai peristiwa yang sangat penting karena sebagai zaman baru Negeri Kedah. Dalam hal ini, ada dua versi yang berbeda tentang siapakah yang mengislaman Raja Kedah I. Menurut catatan al-Tarikh Salasilah Negeri Kedah, raja pertama di Negeri Kedah, Seri Paduka Maharaja Durbar Raja, telah diislamkan oleh Syeikh Abdullah bin Syeikh Ahmad al-Qaumiri pada tahun 531 H (1136 M). Setelah memeluk Islam ia diberi nama baru, Sultan Muzaffar shah, dan Negeri Kedah dikenal sebagai Darul Aman.
Sedangkan menurut Hikayat Merong Mahawangsa, Syeikh Abdullah al-Yamani pernah ditugaskan oleh gurunya Syeikh Abdullah Baghdad untuk mengislamkan Raja Kedah pada saat itu, Raja Phra Ong Mahwangsa. Menurut cerita dalam hikayat ini, Syeikh Abdullah al-Yamani pernah tergoda oleh iblis selama dalam pengembaraannya. Iblis juga menggoda Raja Phra Ong Mahwangsa agar meminum arak. Syeikh Abdullah al-Yamani kemudian dapat mengatasi godaan iblis tersebut dan secara tiba-tiba ia berada di hadapan Raja Phra Ong Mahwangsa dan memintanya agar mau memeluk Islam. Setelah memeluk Islam, Raja Phra Ong Mahwangsa bertukar nama menjadi Sultan Muzaffar Shah.
Masa Pembentukan Kesultanan Kedah
Tidak ada bukti jelas yang mengungkap fakta awal mula terbentuknya Kesultanan Kedah. Berdasarkan sumber-sumber sejarah tradisional Negeri Kedah yang ditulis pada masa Islam, kesultanan ini berdiri sebagai bentuk akulturasi budaya dalam negeri dengan pengaruh luar. Bentuk akulturasi yang sangat kentara adalah pertemuan budaya Arab-Islam dengan budaya masyarakat Melayu. Penulis-penulis istana cenderung memutus hubungan kebudayaan Hindu-Buddha yang datang dari India dengan langsung menarik garis akulturasi Arab-Islam dan Negeri Kedah. Namun demikian, pengaruh Hindu-Buddha tetap dianggap penting, terutama pada masa awal pembentukan Negeri Kedah.
Silsilah
Sebelum membahas tentang silsilah sultan-sultan pada masa Kesultanan Kedah, perlu dikemukakan terlebih dahulu silsilah para penguasa di Negeri Kedah, yang menjadi cikal bakal kesultanan nantinya.
Raja-raja pada Masa Negeri Kedah
Berikut ini akan dikemukakan daftar raja-raja yang pernah berkuasa di Negeri Kedah, meski belum ditemukan data tahun kekuasannya. Ada dua sumber yang berbeda tentang silsilah raja-raja di Negeri Kedah, yaitu, al-Tarikh Salasilah Negeri Kedah dan Hikayat Merong Mahawangsa.
Berdasarkan al-Tarikh Salasilah Negeri Kedah, daftar silsilah raja Negeri Kedah adalah sebagai berikut:
1. Maharaja Durbar Raja
2. Maharaja Druja Raja
3. Maharaja Maha Dewa
4. Maharaja Kerna Durja
5. Seri Paduka Maharaja Kerna
6. Seri Paduka Maharaja Dewa
7. Seri Paduka Maharaja Derma Raja
8. Seri Paduka Maharaja Maha Jiwa
9. Seri Paduka Maharaja Durbar Raja
Berdasarkan Hikayat Merong Mahawangsa, daftar silsilah raja Negeri Kedah adalah sebagai berikut:
1. Raja Merong Mahawangsa
2. Raja Merong Mahapudisat
3. Raja Seri Mahawangsa
4. Raja Seri Maha Inderawangsa
5. Raja Ong Maha Perita Deria
6. Raja Phra Ong Mahaputisat
7. Raja Phra Ong Mahawangsa
Sultan-sultan pada Masa Kesultanan Kedah
Berdasarkan silsilah sultan-sultan Kedah yang disusun oleh Tunku Fariddin Haji bin Tungku Mansor (1957), terdapat 27 sultan yang pernah berkuasa di Kesultanan Kedah. Namun menurut Dato‘ Wan Shamsudin Mohd. Yusuf, justru terdapat 28 sultan karena ia memasukkan nama Tunku Dhiauddin Raja Muda Kayang sebagai sultan (yang dalam catatan Tunku Fariddin hanya dimasukkan sebagai pemangku raja). Berikut ini adalah 28 sultan Kedah yang dimaksud, yaitu sebagai berikut:
1. Sultan al-Mudzaffar Shah I (1136-1179)
2. Sultan Mu‘adzam Shah (1179-1201)
3. Sultan Muhammad Shah (1204-1236)
4. Sultan Mazzil Shah (1236-1280)
5. Sultan Mahmud Shah I (1280-1321)
6. Sultan Ibrahim Shah (1321-1373)
7. Sultan Sulaiman Shah I (1373-1422)
8. Sultan Ataullah Muhammad Shah I (1422-1472)
9. Sultan Muhammad Jiwa Zainal Azilin I (1472-1506)
Wilayah Kekuasaan
Belum ditemukan data yang menyebutkan bagaimana wilayah Kesultanan Kedah pada masa lampau. Data yang baru dapat diperoleh adalah data Kesultanan Kedah pada masa modern. Total luas wilayah Kesultanan Kedah pada masa modern adalah 9,425 km2 . Luas ini terbagi ke dalam 11 daerah, yaitu: Baling (1529 km2), Bandar Bahru (269 km2), Kota Setar (665 km2), Kuala Muda (923 km2), Kubang Pasu (948 km2), Kulim (765 km2), Langkawi (467 km2), Padang Terap (1357 km2), Pendang (626 km2), Sik (1635 km2), dan Yan (242 km2).
Struktur Pemerintahan
Dalam struktur pemerintahan Kesultanan Kedah, sultan mempunyai kekuasaan yang mutlak. Sultan memerintah berdasarkan Adat Temenggung dan hukum Islam. Kesultanan Kedah mempunyai empat kanun yang dijadikan sumber rujukan penting dalam pemerintahan kesultanan. Oleh R. O. Winstedt manuskrip empat kanun itu dikumpulkan dan dinamakan sebagai: Undang-Undang Pelabuhan 1650, Kanun Tambera Dato‘ Paduka Tuan, Hukum Kanun Dato Kota Star, dan satu lagi qanun (hukum) tentang adat kerajaan dalam hal pelantikan para pembesar dan adat meminang.
Ketika memerintah, sultan dibantu oleh para pembesar tradisional. Wakil sultan dalam pemerintahan adalah Raja Muda. Ia tidak harus berasal dari putra sultan. Meski Raja Muda tidak bakal jadi sultan, namun dalam tata kelola pemerintahan ia mempunyai kekuasaan yang agak luas. Para pembesar (elit) tradisional yang membantu pekerjaan sultan adalah pembesar di tingkat pusat dan tingkat daerah.
Di tingkat pusat, pembesar yang dimaksud memegang jabatan-jabatan sebagai bendahara, pembesar empat, pembesar lapan, pembesar enam belas, dan pahlawan hulubalang. Pembesar empat adalah Tumenggung (yang mengurusi urusan-urusan dalam negeri), laksamana (urusan keselamatan di laut), penghulu bendahari (urusan keuangan), dan syahbandar (urusan pelabuhan).
Kesultanan pattani darusalam tidak tersenarai dalam blog ini? harap dapat penjelasan
ReplyDelete