Header Ads

LightBlog

Buku Terjemahan THE MALAY ARCHIPELAGO

Seorang sahabat; Tengku Dhani Iqbal merasa sangat terganggu dengan terbitnya sebuah buku terjemahan tulisan Alfred Russel Wallace berjudul "Kepulauan Nusantara" produk Komunuitas Bambu di Depok. Kemasygulannya itu lalu ia tuangkan dalam salahsatu topik diskusi pada dinding PERHIMPUNAN MELAYU di facebook untuk mendapatkan pendapat pembaca sebagai berikut:

Assalamualaikum,

Ada buku berjudul "The Malay Archipelago" karya Alfred Russel Wallace yang diterbitkan pertamakali pada 1869. Ini buku sangat penting untuk Teori Evolusi. Kemudian pada 2009 akhir, buku ini diterbitkan, oleh Komunitas Bambu di depok, dalam bahasa Indonesia dengan judul "Kepulauan Nusantara".

Saya merasa penggantian Malay/Melayu menjadi Nusantara punya cacat logika. Ada asumsi yang dimasukkan ke sana. Dan bertanyalah saya pada penerbit buku tersebut mengenai apa alasan judul buku tersebut dinamai "Kepulauan Nusantara".

Dan ini jawabannya:

Saya mengucapkan terimakasih atas perhatiannya terhadap buku Kepulauan Nusantara karya Wallace.

Pemilihan judul Kepulauan Nusantara di redaksi Kobam sendiri juga melalui sejumlah perdebatan, hingga akhirnya diputuskanlah judul tersebut.

Pertimbangannya antara lain karena Nusantara memiliki sense of history lebih kuat, dan secara geografis Nusantara mengacu pada wilayah Indonesia modern saat ini. Meskipun pada mulanya berasal dari sumpah Gajahmada (dalam sumpahnya, Nusantara berarti wilayah-wilayah di luar Jawadwipa), namun pada perkembangannya mengacu pada wilayah Indonesia. Secara politis Nusantara bahkan dipakai oleh Ki Hajar Dewantara pada 1920-an untuk menyebut wilayah Hindia Belanda. Dr. Setiabudi juga menggunakan istilah Nusantara untuk mengganti Hindia Belanda yang terdengar asing.

Sebenarnya secara geografis Nusantara dan Kepulauan Melayu meliputi wilayah yang sama. Namun secara politis-historis berbeda.Kepulauan Melayu digunakan oleh orang asing untuk menyebut wilayah dimana penduduknya menggunakan rumpun bahasa Austronesia, sedangkan kata Nusantara berakar dari budaya sendiri. Pertimbangan lain juga karena dewasa ini Melayu lebih dikonotasikan pada ras Melayu dengan Melayu-Malaysia sebagai epicentrum budaya.

Sebagai perbandingan, The Malay Archipelago juga diterbitkan dalam bahasa Belanda dengan judul Insulinde: het land van den orang-oetan en den paradijsvogel (Insulinde: the land of the orang-utan and the bird of paradise). Insulinde berarti Indonesia, berasal dari kata "insulin" yang berarti pulau-pulau dan "indie" yang berarti Indo. Jika mengikuti judul aslinya, terjemahan Belanda tersebut mestinya menggunakan judul "Maleis Archipel"

Mungkin itu dulu jawaban saya. Jika belum cukup memuaskan, bisa kita lanjutkan lagi. Terimakasih banyak.

Salam,

Uswatul Chabibah
(Editor)
Yesterday at 1:54pm · Mark as Irrelevant · Report · Delete Post

Dan berikut ini beberapa respons atas tulisan di atas:

Ok Hidayatullah Sekedar urun rembug.
Mnrt yg sy ketahui, yg pertama dikenal oleh orang Eropa pd zaman dulu adalah Ras Melayu yg tersebar mulai dr Campa hingga Madagaskar. Ras itu lebih luas cakupannya drpd suku, krn suku bahagian dr ras, spt suku Jawa, Batak dlsb merupakan bagian dr Melayu Tua maupun Melayu Muda., . Selain itu bahasa Melayu jg sdh menjadi "lingua franca" yaitu bahasa perdagangan di Asia, khususnya Asia Tenggara. Jadi kata Malay (Melayu) lebih luas artinya drpd nusantara sbgmn yg dimaksud Gajah Mada maupun batas2 geografis wilayah yg hanya dijajah Belanda. Olh krn itu menurut sy, terjemahan yg pas tetap memakai kata : "Kepulauan Melayu". Demikian. Wallahu a'lam bissawab
Yesterday at 9:37pm · Mark as Irrelevant · Report · Delete Post

Mochtar Seraski Di sadari atau tidak, Kobam telah menggabungkan idealisme dan materialisme pada judul terebut.

Sebagai Melayu tulen, bisa maklum koq, berapalah jumlah peminat buku Melayu dibandingkan peminat buku Nusantara ?

Hehehehehehehehe
9 hours ago · Mark as Irrelevant · Report · Delete Post

Rajo Malano Benar sekali Pak Mochtar
8 hours ago · Mark as Irrelevant · Report · Delete Post

Tengku Dhani Iqbal Kalo menurut saya, Kobam telah melakukan pemerkosaan intelektual. Menzalimi karya Wallace sekehendak penerjemah/penerbit.

Soal istilah laku atau tidak jika menggunakan istilah "melayu", apa ukuran dari ramalan tersebut? Semoga itu pernyataan yang menggunakan akal. Sebab, hati-hatilah saat hendak membaca pasar. Jika menggunakan logika "lebih laku istilah "nusantara" ketimbang "melayu", tentu penerbit Rosda Karya sudah "meledak" ketika mereka dahulu menerjemahkan karya Wallace ini dengan judul "Menjelajah Nusantara".
7 hours ago · Mark as Irrelevant · Report · Delete Post

Abang Nonki Itulah hebatnya bisnis, komersial, dan "budi pekerti" masa kini.
Anda yang ingin turut berpartisipasi menyampaikan pendapat, sila singgah ke PERHIMPUNAN MELAYU (Salahsatu Komunitas Melayu terbesar di facebook), untuk berpartisipasi bersama saudara-saudara serumpun lainnya. Salam.
23 minutes ago · Edit Post · Delete Post




2 comments:

  1. Abang Nonki,
    Apa yang sempat terfikirkan tentang issue ini sudah saya smpaikan dalam kolom diskusi di Perhimpuan Melayu. Memang beralasan untuk setidaknya dikaji bersama secara lebih dewasa. Semoga nantinya ada manfaat berharga yang dapat kita petik bersama.

    Best regards as always,
    TR

    ReplyDelete
  2. Terima kasih bang Rajali.
    Saya sudah baca.
    Betul, semoga menjadi pemikiran bersama.

    Salam.
    NS

    ReplyDelete

Galeri

Di bawah ini adalah galeri imej dari semua posts yang tersaji di blog ini. Selain sebagai galeri, panel ini juga berfungsi sebagai jalan pintas untuk mengakses semua post, cukup dengan satu klik pada masing-masing imej. Scroll-down untuk melihat seluruh posts, atau pilih kategori post berdasarkan tombol-tombol pilihan yang tersedia. Semoga bermanfaat!