Header Ads

LightBlog

Selayang Pandang, Kesultanan Negeri Selangor

Kesultanan Selangor didirikan oleh Raja Lumu bin Daeng Celak atau Sultan Salehuddin Shah ibni al-Marhum Yamtuan Muda Daeng Celak pada tahun 1756 M. Ia merupakan keturunan Bugis. Sebelum berdiri (pada abad ke-15), Selangor telah berada di bawah kekuasaan Malaka. Setelah Malaka mengalami masa kehancurannya, Selangor kemudian menjadi rebutan kerajaan Johor, Aceh, Siam, dan juga Portugis. Sultan Salehuddin Shah berperan besar melepaskan Selangor dari kekuasaan Johor, sehingga kemudian dapat berdiri sendiri.

Ketika Sultan Salehuddin Shah mangkat pada tahun 1778 M, putranya yang bernama Raja Ibrahim Marhum Saleh diangkat sebagai Sultan II Selangor dengan gelar Sultan Ibrahim Shah (1778-1826 M). Semasa pemerintahannya, Selangor pernah mengalami sejumlah peristiwa penting. Tepatnya pada tanggal 13 Juli 1784 M, bala tentara Belanda menyerang Selangor hingga dapat menguasai Kota Kuala Selangor. Di samping itu, Selangor pernah diintervensi oleh Inggris. Hal ini bermula dari kesepakatan kerja sama antara Selangor dengan Perak yang berujung pada perselisihan utang-piutang. Robert Fullerton, Gubernur Inggris di Pulau Pinang, melakukan intervensi dengan cara ikut serta menyelesaikan perselisihan di antara mereka.

Meski demikian, Sultan Ibrahim Shah pernah berperan besar dalam mengharmoniskan hubungan antara Belanda dan Sultan Mahmud Johor, serta antara Sultan Mahmud dan Raja Ali (Yamtuan Muda Riau yang menggantikan Raja Haji).

Sultan Ibrahim Shah mangkat pada tanggal 27 Oktober 1826 M, putranya, Raja Muda Selangor diangkat sebagai Sultan Selangor III dengan gelar Sultan Muhammad Shah (1826-1857 M). Ketika memerintah, Sultan Muhammad Shah pernah mengalami masalah internal kesultanan. Sejumlah daerah di Selangor, seperti Kuala Selangor, Kelang, Bernam, Langat, dan Lakut memisahkan diri. Hal itu terjadi karena Sultan, dianggap oleh sebagian peneliti sejarah, tidak mampu menguasai sultan-sultan dan pembesar-pembesar di daerah-derah tersebut. Meski demikian, selama 31 tahun memerintah, Sultan telah mengembangkan perekonomian kesultanan, salah satunya mendirikan pabrik biji timah di Ampang.

Sultan Muhammad Shah meninggal pada tahun 1857 M. Sepeninggalan Sultan, Selangor sempat mengalami masa perpecahan di antara para pembesar kesultanan dalam soal memilih pemimpin yang baru. Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya terpilih Raja Abdul Samad Raja Abdullah sebagai Sultan Selangor IV dengan gelar Sultan Abdul Samad (1857-1898 M). Ia merupakan anak dari saudara (keponakan) Sultan Muhammad Shah. Pada masa Sultan Abdul Samad, pabrik biji timah telah beroperasi, bahkan sudah mulai dipasarkan ke negeri-negeri Selat dan China.

Sultan Abdul Samad, Sultan Selangor IV (1857-1898 M)
Pada tahun 1868 M, Sultan Abdul Samad mengangkat menantunya, Tengku Dhiauddin ibni Almarhum Sultan Zainal Rashid (Tengku Kudin), sebagai Wakil Yamtuan Selangor. Tidak hanya itu, Sultan Abdul Samad juga menyerahkan Langat menjadi milik menantunya itu.

Kemajuan perekonomian yang dialami Selangor menyebabkan negeri ini diminati oleh bangsa China. Sejumlah pedagang asal China ada yang melakukan “kerja sama gelap” dengan beberapa pembesar Selangor untuk mengakses kekayaan perekomian negeri ini (belum ditemukan data waktu kejadian ini). Akibat dari siasat negatif ini, Selangor mengalami suasana penuh pertikaian dan peperangan. Pada tahun 1874 M, pihak Inggris memaksa Sultan Abdul Samad untuk menerima Residen Inggris di Klang, Selangor. Dengan cara ini, Inggris dengan leluasa dapat mengintervensi kepentingan dalam negeri Selangor.

Sultan Abdul Samad mangkat pada tanggal 6 Februari 1898 M, dalam usia 93 tahun. Ia dimakamkan di Jugra. Ia kemudian digantikan oleh cucunya, Raja Muda Sulaiman ibni Almarhum Raja Muda Musa. Pada tanggal 17 Februari 1898 M, Raja Muda Sulaiman dilantik sebagai Sultan Selangor V dengan gelar Sultan Alauddin Sulaiman Shah (18981938) M. Pada masa pemerintahannya, Selangor mengalami kemajuan cukup pesat yang ditandai dengan pembangunan fisik berupa jalan raya dan landasan kereta api.

Ketika itu, program pembangunan rumah ditingkatkan, terutama di daerah Klang. Ia dikenal bijaksana dalam memimpin Selangor. Ketika usia pemerintahannya genap 40 tahun, ia diberi sambutan yang sangat hangat dari seluruh rakyatnya berupa upacara Jubli Emas di Klang. Pada tanggal 30 Maret 1938 M, ia mangkat dan dimakamkan di Klang dengan gelar “Marhum Atiqullah”.

Struktur Pemerintahan
Kesultanan Selangor memiliki prinsip pemerintahan “demokrasi berparlemen”. Prinsip ini sebenarnya juga dianut oleh wilayah-wilayah persekutuan dalam negara Malaysia. Dalam struktur pemerintahan Selangor, sultan tetap merupakan pemimpin tertinggi di kesultanan. Ia dibantu oleh seorang Yang Dipertuan Besar/Agong. Sementara itu, seseorang yang bakal menggantikan posisi sultan bergelar Raja, yang biasanya berasa dari keturunan sultan.

2 comments:

  1. Saya ingin tahu tentang perkahwinan sultan sultan ini. Ada orang tua tua kami dari selangor mengatakan tentang adanya isteri sultan sultan ini bukan berdarah raja. Mohon maaf jika soalan ini agak kurang sopan

    ReplyDelete
  2. rupanya saya di generasi ke 7 dari sultan selangor pertama (Sultan Salehuddin Shah)Ingin mencari saudara dari keturunan Daeng Celak di Riau , Indonesia & Malaysia

    ReplyDelete

Galeri

Di bawah ini adalah galeri imej dari semua posts yang tersaji di blog ini. Selain sebagai galeri, panel ini juga berfungsi sebagai jalan pintas untuk mengakses semua post, cukup dengan satu klik pada masing-masing imej. Scroll-down untuk melihat seluruh posts, atau pilih kategori post berdasarkan tombol-tombol pilihan yang tersedia. Semoga bermanfaat!