Bahasa Melayu
Bahasa Melayu adalah sejumlah bahasa yang saling bermiripan yang dituturkan di wilayah Nusantara dan beberapa tempat lain. Sebagai bahasa yang luas pemakaiannya, bahasa ini menjadi bahasa resmi di Brunei (sebagai bahasa Brunei), Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), dan Malaysia (juga dikenal sebagai bahasa Malaysia); salah satu bahasa yang diakui di Singapura; dan menjadi bahasa kerja di Timor Leste (sebagai bahasa Indonesia). Bahasa Melayu pernah menjadi lingua franca bagi perdagangan dan hubungan politik di Nusantara. Migrasi kemudian juga memperluas pemakaiannya. Selain di negara yang disebut sebelumnya, bahasa Melayu dituturkan pula di Afrika Selatan, Sri Lanka, Thailand selatan, Filipina selatan, Myanmar selatan, sebagian kecil Kamboja, hingga Papua Nugini. Bahasa ini juga dituturkan oleh penduduk Pulau Christmas dan Kepulauan Cocos, yang menjadi bagian Australia.
Bahasa Melayu merupakan rumpun bahasa Austronesia dan aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu berkembang secara luas dan menjadi beragam.
Pada awal tahun 2004, Dewan Bahasa dan Pustaka (Malaysia) dan Majelis Bahasa Brunei Darussalam - Indonesia - Malaysia (MABBIM) berencana menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dalam organisasi ASEAN, dengan memandang lebih separuh jumlah penduduk ASEAN mampu bertutur dalam bahasa Melayu. Rencana ini belum pernah terealisasikan, tetapi ASEAN sekarang selalu membuat dokumen asli dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan ke dalam bahasa resmi masing-masing negara anggotanya.
Tanah asal-usul penutur bahasa Melayu
Ada tiga teori yang dikemukakan tentang asal-usul penutur bahasa Melayu (atau bentuk awalnya sebagai anggota bahasa-bahasa Dayak Malayik)[1]. Kern (1888) beranggapan bahwa tanah asal penutur adalah dari Semenanjung Malaya dan menolak Kalimantan sebagai tanah asal. Teori ini sempat diterima cukup lama (karena sejalan dengan teori migrasi dari Asia Tenggara daratan) hingga akhirnya pada akhir abad ke-20 bukti-bukti linguistik dan sejarah menyangkal hal ini (Adelaar, 1988; Belwood, 1993) dan teori asal dari Sumatera yang menguat, berdasarkan bukti-bukti tulisan. Hudson (1970) melontarkan teori asal dari Kalimantan, berdasarkan kemiripan bahasa Dayak Malayik (dituturkan orang-orang Dayak berbahasa Melayu) dengan bahasa Melayu Kuna, penuturnya yang hidup di pedalaman, dan karakter kosa kata yang konservatif.
[sunting] Sejarah
Bahasa Melayu termasuk dalam bahasa-bahasa Melayu Polinesia di bawah rumpun bahasa Austronesia. Menurut statistik penggunaan bahasa di dunia, penutur bahasa Melayu diperkirakan mencapai lebih kurang 250 juta jiwa yang merupakan bahasa keempat dalam urutan jumlah penutur terpenting bagi bahasa-bahasa di dunia. [2], [3]
Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa.[4] Selanjutnya, bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.
Sejarah penggunaan yang panjang ini tentu saja mengakibatkan perbedaan versi bahasa yang digunakan. Ahli bahasa membagi perkembangan bahasa Melayu ke dalam tiga tahap utama, yaitu
- Bahasa Melayu Kuna (abad ke-7 hingga abad ke-13)
- Bahasa Melayu Klasik, mulai ditulis dengan huruf Jawi (sejak abad ke-15)
- Bahasa Melayu Modern (sejak abad ke-20)
Walaupun demikian, tidak ada bukti bahwa ketiga bentuk bahasa Melayu tersebut saling bersinambung. Selain itu, penggunaan yang meluas di berbagai tempat memunculkan berbagai dialek bahasa Melayu, baik karena penyebaran penduduk dan isolasi, maupun melalui kreolisasi.
Selepas masa Sriwijaya, catatan tertulis tentang dan dalam bahasa Melayu baru muncul semenjak masa Kesultanan Malaka (abad ke-15). Laporan Portugis dari abad ke-16 menyebut-nyebut mengenai perlunya penguasaan bahasa Melayu untuk bertransaksi perdagangan. Seiring dengan runtuhnya kekuasaan Portugis di Malaka, dan bermunculannya berbagai kesultanan di pesisir Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, serta selatan Filipina, dokumen-dokumen tertulis di kertas dalam bahasa Melayu mulai ditemukan. Surat-menyurat antarpemimpin kerajaan pada abad ke-16 juga diketahui telah menggunakan bahasa Melayu. Karena bukan penutur asli bahasa Melayu, mereka menggunakan bahasa Melayu yang "disederhanakan" dan mengalami percampuran dengan bahasa setempat, yang lebih populer sebagai bahasa Melayu Pasar (Bazaar Malay). Tulisan pada masa ini telah menggunakan huruf Arab (kelak dikenal sebagai huruf Jawi) atau juga menggunakan huruf setempat, seperti hanacaraka.[4]
Rintisan ke arah bahasa Melayu Modern dimulai ketika Raja Ali Haji, sastrawan istana dari Kesultanan Riau Lingga, secara sistematis menyusun kamus ekabahasa bahasa Melayu (Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama) pada pertengahan abad ke-19. Perkembangan berikutnya terjadi ketika sarjana-sarjana Eropa (khususnya Belanda dan Inggris) mulai mempelajari bahasa ini secara sistematis karena menganggap penting menggunakannya dalam urusan administrasi. Hal ini terjadi pada paruh kedua abad ke-19. Bahasa Melayu Modern dicirikan dengan penggunaan alfabet Latin dan masuknya banyak kata-kata Eropa. Pengajaran bahasa Melayu di sekolah-sekolah sejak awal abad ke-20 semakin membuat populer bahasa ini.
Di Indonesia, pendirian Balai Poestaka (1901) sebagai percetakan buku-buku pelajaran dan sastra mengantarkan kepopuleran bahasa Melayu dan bahkan membentuk suatu varian bahasa tersendiri yang mulai berbeda dari induknya, bahasa Melayu Riau. Kalangan peneliti sejarah bahasa Indonesia masa kini menjulukinya "bahasa Melayu Balai Pustaka"[5] atau "bahasa Melayu van Ophuijsen". Van Ophuijsen adalah orang yang pada tahun 1901 menyusun ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin untuk penggunaan di Hindia-Belanda. Ia juga menjadi penyunting berbagai buku sastra terbitan Balai Pustaka. Dalam masa 20 tahun berikutnya, "bahasa Melayu van Ophuijsen" ini kemudian dikenal luas di kalangan orang-orang pribumi dan mulai dianggap menjadi identitas kebangsaan Indonesia. Puncaknya adalah ketika dalam Kongres Pemuda II (28 Oktober 1928) dengan jelas dinyatakan, "menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Sejak saat itulah bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa kebangsaan.
Introduksi varian kebangsaan ini mendesak bentuk-bentuk bahasa Melayu lain, termasuk bahasa Melayu Tionghoa, sebagai bentuk cabang dari bahasa Melayu Pasar, yang telah populer dipakai sebagai bahasa surat kabar dan berbagai karya fiksi di dekade-dekade akhir abad ke-19. Bentuk-bentuk bahasa Melayu selain varian kebangsaan dianggap bentuk yang "kurang mulia" dan penggunaannya berangsur-angsur melemah.
Pemeliharaan bahasa Melayu standar (bahasa Indonesia) terjaga akibat meluasnya penggunaan bahasa ini dalam kehidupan sehari-hari. Sikap orang Belanda yang pada waktu itu tidak suka apabila orang pribumi menggunakan bahasa Belanda juga menyebabkan bahasa Indonesia menjadi semakin populer.
[sunting] Varian-varian bahasa Melayu
- Lihat artikel utama: Daftar varian bahasa Melayu
Bahasa Melayu sangat bervariasi. Penyebab yang utama adalah tidak adanya institusi yang memiliki kekuatan untuk mengatur pembakuannya. Kerajaan-kerajaan Melayu hanya memiliki kekuatan regulasi sebatas wilayah kekuasaannya, padahal bahasa Melayu dipakai oleh orang-orang jauh di luar batas kekuasaan mereka. Akibatnya muncul berbagai dialek (geografis) maupun sosiolek (dialek sosial). Pemakaian bahasa ini oleh masyarakat berlatar belakang etnik lain juga memunculkan berbagai varian kreol di mana-mana, yang masih dipakai hingga sekarang. Bahasa Betawi, suatu bentuk kreol, bahkan sekarang mulai mempengaruhi secara kuat bahasa Indonesia akibat penggunaannya oleh kalangan muda Jakarta dan dipakai secara meluas di program-program hiburan televisi nasional.
Ada kesulitan dalam mengelompokkan bahasa-bahasa Melayu. Sebagaimana beberapa bahasa di Nusantara, tidak ada batas tegas antara satu varian dengan varian lain yang penuturnya bersebelahan secara geografis. Perubahan dialek seringkali bersifat bertahap. Untuk kemudahan, biasanya dilakukan pengelompokan varian sebagai berikut:
- Bahasa-bahasa Melayu Tempatan (Lokal)
- Bahasa-bahasa Melayu Kerabat (Paramelayu, Paramalay = Melayu "tidak penuh")
- Bahasa-bahasa kreol (bukan suku/penduduk melayu) yaitu bahasa yang muncul berdasarkan bahasa Melayu
[sunting] Dialek-dialek di Indonesia
Jumlah penutur bahasa Melayu di Indonesia sangat banyak, bahkan dari segi jumlah sebetulnya melampaui jumlah penutur Bahasa Melayu di Malaysia, maupun di Brunei Darussalam. Bahasa Melayu dituturkan mulai sepanjang pantai timur Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu hingga pesisir Pulau Kalimantan dan kota Negara, Bali.[6]
Bahasa Melayu di Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut :
- Dialek Melayu, dan
- Kreol
Dialek Melayu di Indonesia antara lain :
- Dialek Tamiang : dituturkan di kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam
- Dialek Langkat : dituturkan di kawasan Langkat, Sumatera Utara
- Dialek Deli : dituturkan di Medan, Deli Serdang dan Serdang Bedagai
- Dialek Asahan : dituturkan di sepanjang wilayah pesisir kabupaten Asahan
- Dialek Melayu Riau : dituturkan di kawasan Kepulauan Riau
- Dialek Melayu Riau Daratan : terbagi atas beberapa dialek lainnya tergantung wilayah (Siak, Rokan, Inderagiri, Kuantan)
- Dialek Anak Dalam : kemungkinan termasuk kelompok Kubu, Talang Mamak di kawasan Riau dan Jambi
- Dialek Melayu Jambi : dituturkan di provinsi Jambi
- Dialek Melayu Bengkulu : dituturkan di kota Bengkulu
- Dialek Melayu Palembang : dituturkan di kota Palembang dan Kota Muara Enim dan sekitarnya
- Dialek Bangka-Belitung : dituturkan di provinsi Bangka-Belitung
- Dialek Pontianak : dituturkan di kabupaten Pontianak dan kota Pontianak, Kalimantan Barat
- Dialek Landak : kabupaten Landak dan sekitarnya, Kalimantan Barat
- Dialek Sambas : dituturkan di kabupaten Sambas dan sekitarnya,Kalimantan Barat
- Dialek Ketapang : dituturkan di kabupaten Ketapang dan sekitarnya, Kalimantan Barat.
- Dialek Berau : dituturkan di kabupaten Berau dan sekitarnya, Kalimantan Timur
- Dialek Kutai : dipakai di kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur
- Dialek Loloan : dituturkan di kota Negara, Jembrana, Bali.
Dialek Riau Kepulauan dan beberapa kawasan di Riau Daratan dituturkan sama seperti Dialek Johor.
[sunting] Melayu Kreol
Bahasa Melayu sudah lama dikenal sebagai bahasa antarsuku bangsa khususnya di Indonesia. Dalam perkembangannya terutama kawasan-kawasan berpenduduk bukan Melayu dan mempunyai bahasa masing-masing, bahasa Melayu mengalami proses pidginisasi dengan berbaurnya berbagai unsur bahasa setempat ke dalam bahasa Melayu dan karena dituturkan oleh anak-anaknya, bahasa Melayu mengalami proses Kreolisasi. [6] Bahasa Melayu, khususnya di Indonesia Timur diperkenalkan pula oleh para misionaris asal Belanda untuk kepentingan penyebaran agama Kristen.
Di pulau Jawa, terutama di Jakarta, bahasa Melayu mengalami proses kreolisasi yang unsur dasar bahasa Melayu Pasar tercampur dengan berbagai bahasa di sekelilingnya, khususnya bahasa Tionghoa, bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Bugis, bahkan unsur bahasa Belanda dan bahasa Portugis. Melayu dalam bentuk kreol ini banyak dijumpai di Kawasan Indonesia Timur yang terbentang dari Manado hingga Papua.
Bentuk Melayu Kreol tersebut antara lain :
- Dialek Melayu Jakara bahasa Betawi : dituturkan di Jakarta dan sekitarnya
- Dialek Melayu Peranakan: banyak dituturkan oleh kalangan orang Tionghoa di pesisir Jawa Timur dan Jawa Tengah.
- Dialek Melayu Manado (bahasa Manado): dipakai sebagai lingua franca di Sulawesi Utara
- Dialek Melayu Maluku Utara (max): dipakai di hampir seluruh Maluku Utara
- Dialek Melayu Bacan (btj): dipakai di kawasan pulau Bacan, Maluku Utara
- Dialek Melayu Ambon : dipakai sebagai bahasa ibu bagi warga kota Ambon, dan bahasa kedua bagi warga sekitarnya
- Dialek Melayu Banda : berbeda dengan Melayu Ambon, dan digunakan di kawasan Kepulauan Banda, Maluku
- Dialek Melayu Larantuka : dipakai di kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur
- Dialek Melayu Kupang : menjadi lingua franca di wilayah Kupang dan sebagian Pulau Timor
- Dialek Melayu Papua : Papua, Papua Barat
- Dialek Melayu Makassar (mfp) : Sulawesi Selatan
[sunting] Dialek luar Indonesia
Dialek-dialek bahasa Melayu di Malaysia adalah seperti berikut:
- Dialek Utara (Kedah, Perlis, Penang & Perak Utara) : dituturkan di negara bagian Kedah, Pulau Pinang, Perlis dan bagian utara negara bagian Perak. Terbahagi kepada beberapa sub-dialek seperti Perlis, Pulau Pinang, Kedah Utara dan Kedah Hilir. Dialek yang dituturkan oleh penduduk di Kedah Timur menampakkan banyak persamaan dengan dialek Kelantan dan Pattani, dialek ini dikenali sebagai dialek Kedah Hulu.
- Dialek Kelantan : dituturkan di negera bagian Kelantan dan daerah Besut, Terengganu. Penduduk di beberapa buah daerah di Kedah seperti Baling, Sik dan Kuala Nerang bertutur di dalam dialek yang menampakkan banyak persamaan dengan Dialek Kelantan. Dialek Kelantan merupakan sub-dialek Dialek Pattani ataupun Yawi.
- Dialek Terengganu: dituturkan di Terengganu kecuali daerah Besut dan sebahagian negeri Pahang.
- Dialek Perak - Dialek ini terbahagi kepada tiga pecahan kecil:
- Dialek Perak Tengah : dituturkan di bagian tengah negara bagian Perak.
- Dialek Perak Selatan : dituturkan di bagian selatan negara bagian Perak.
- Dialek Perak Timur: dituturkan di bahagian timur negara bahagian Perak iaitu Lenggong, Grik dan Kroh yang bersempadan dengan Thailand, Kedah dan Kelantan. Dialek yang dituturkan mempunyai campuran Dialek Utara,Dialek Perak dan Dialek Kelantan/Petani.
- Dialek Selangor - KL : dituturkan di negara bagian Selangor, Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Putrajaya serta kota-kota besar di Semenanjung Malaysia.
- Dialek Negeri : dituturkan di negara bagian Negeri Sembilan dan kawasan Taboh Naning, Melaka.
- Dialek Malaka : dituturkan di negara bagian Melaka kecuali kawasan Taboh Naning.
- Dialek Johor - Riau : dituturkan di negara bagian Johor dan selatan Pahang.
- Dialek Pahang - Negara bagian Pahang kaya dengan pelbagai jenis dialek daerah yang dituturkan di daerah-daerah di mana Sungai Pahang mengalir:-
- Hulu Sungai Pahang : Dialek Jerantut, Lipis, Bentong dan Raub (dituturkan dengan cepat dari segi kelajuan percakapan).
- Pertengahan Sungai Pahang : Dialek Temerloh (dituturkan secara sederhana dari segi kelajuan percakapan).
- Hilir Sungai Pahang : Dialek Chenor dan Pekan (dituturkan dengan perlahan dari segi kelajuan percakapan).
- Dialek Sarawak
- Dialek Labuan - dituturkan di Persekutuan Labuan (sejenis dialek campuran antara bahasa Kedayan dan bahasa Melayu Brunei).
- Dialek Sabah - Negara bagian Sabah mempunyai beberapa jenis dialek Melayu yaitu:-
- Dialek Melayu Sabah - dituturkan di seluruh negara bagian Sabah dan merupakan dialek utama di negera bagian tersebut.
- Dialek Kokos / Cocos - dituturkan oleh orang Melayu keturunan Kokos / Cocos di di Tawau, Lahad Datu, Kunak, Sandakan dan Kepulauan Cocos (Keeling), wilayah Australia.
- Dialek Baba - Sejenis dialek campuran antara bahasa Melayu dan dialek Hokkien. Dialek ini terbahagi kepada tiga pecahan kecil iaitu:-
- Dialek Baba Melaka - dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di negara bagian Melaka. Ia merupakan dialek asal bagi dialek Melayu Baba.
- Dialek Baba Pulau Pinang - dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di negara bagian Pulau Pinang.
- Dialek Baba Singapura - dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di Republik Singapura.
Dialek Johor - Riau juga dituturkan di Republik Singapura dan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, Indonesia.
Dialek-dialek bahasa Melayu di Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand adalah seperti berikut:
- Dialek Singapura : dituturkan di Republik Singapura. Dialek ini merupakan pecahan dari dialek Johor-Riau.
- Dialek Brunei : dituturkan di Kerajaan Brunei Darussalam serta bagian pedalaman, negara bagian Sabah dan Wilayah Persekutuan Labuan, Malaysia.
- Dialek Patani : dituturkan di provinsi Pattani, Narathiwat, Yala, Songkhla dan Satun di Kerajaan Thailand.
Kini, kebanyakan angkatan baru sudah kehilangan upaya untuk bercakap dalam dialek ibu dan bapak mereka karena adanya penerapan bahasa Melayu ketetapan dalam pendidikan negara. Karena ada perbedaan dialek yang amat nyata, kadang kala penutur bahasa Melayu dari dialek tertentu tidak dapat mamahami penutur dialek yang lain terutama sekali dialek Kelantan, Sarawak dan Sabah.
Di luar wilayah tersebut, terdapat pula dialek Srilangka yang perlahan-lahan mulai punah, serta dialek Afrika Selatan, yang dipakai oleh pengikut Syekh Yusuf yang dibuang ke Cape Town.
[sunting] Bahasa kerabat
"Bahasa kerabat" adalah bahasa-bahasa lain yang serupa dengan Bahasa Melayu, namun masih ada perbedaan pendapat mengenai soal itu. Mereka adalah
- Bahasa Minangkabau (min) di Sumatera Barat
- Bahasa Banjar (bjn) di Kalimantan Selatan
- Bahasa Kedayan (kxd) (Suku Kedayan) di Brunei, Sarawak
- Dialek Melayu Kedah (meo) (Melayu Satun)
- Dialek Melayu Jambi (jax)
- Dialek Melayu Pulau Kokos (coa)
- Dialek Melayu Pattani (mfa)
- Dialek Melayu Sabah (msi)
- Dialek Melayu Bukit(Bahasa Bukit) (bvu) (Suku Dayak Bukit) di Kalimantan Selatan
- Bahasa Serawai (srj) di Bengkulu
- Bahasa Rejang (rej) di Rejang Lebong, Bengkulu
- Bahasa Lebong di Lebong, Bengkulu
- Bahasa Rawas (rws) di Musi Rawas, Sumatera Selatan
- Bahasa Penesak (pen) di Prabumulih, Sumatera Selatan
- Bahasa Komering di Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
- Bahasa Enim (eni)
- Bahasa Musi (mui)
- Bahasa Kaur (vkk)
- Bahasa Kerinci/(Kerinci-Sakai-Talang Mamak)(vkr)
- Bahasa Kubu (kvb)
- Bahasa Lematang (lmt)
- Bahasa Lembak (liw)
- Bahasa Lintang (lnt)
- Bahasa Lubu (lcf)
- Bahasa Loncong/Orang Laut (lce)
- Bahasa Sindang Kelingi (sdi)
- Bahasa Semendo (sdd)
- Bahasa Rawas (rws)
- Bahasa Ogan (ogn)di Ogan Ilir, Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
- Bahasa Pasemah ( pse) di Sumatera Selatan
- Bahasa Suku Batin [sbv] di Jambi
- Bahasa Kutai di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
- Dialek Tenggarong - Melayu Kutai (vkt)
- Dialek Kota Bangun - Melayu Kutai (mqg)
[sunting] Para-Malay
- Bahasa Duano' [dup] (Malaysia Barat)
- Bahasa Minangkabau [min] (Indonesia, Sumatera Barat)
- Bahasa Pekal [pel] (Indonesia, Sumatera Selatan)
- Bahasa Urak Lawoi' [urk] (Thailand)
- Bahasa Muko-Muko [vmo] (Indonesia, Sumatera, Bengkulu : Kabupaten Mukomuko)
- Dialek Melayu Negeri Sembilan [zmi] (Malaysia Barat, Negeri Sembilan)
[sunting] Melayu-Aborigin
- Bahasa Jakun [jak] (Suku Jakun, Malaysia Barat)
- Bahasa Orang Kanaq [orn] (Orang Kanaq, Malaysia Barat)
- Bahasa Orang Seletar [ors] (Orang Seletar, Malaysia Barat)
- Bahasa Temuan [tmw] (Suku Temuan, Malaysia Barat)
[sunting] Dayak-Malayik
- Malayan
- Malayic-Dayak (10)
- Ibanic (6)
- Bahasa Balau [BUG] (Sarawak)
- Bahasa Iban [IBA] (Sarawak, Brunei, Kalimantan Barat)
- Bahasa Milikin [MIN] (Sarawak))
- Bahasa Mualang [MTD] (Suku Dayak Mualang, Sekadau, Kalimantan Barat)
- Bahasa Seberuang [SBX] (Suku Dayak Seberuang, Sintang, Kalimantan Barat)
- Bahasa Sebuyau[SNB] (Sarawak))
- Bahasa Keninjal [KNL] ( Melawi, Kalimantan Barat)
- Bahasa Kendayan [KNX] (Sanggau Ledo, Bengkayang, Kalimantan Barat)
- Bahasa Selako [SKL] (Pemangkat, Sambas, Kalimantan Barat)
- Bahasa-bahasa Malayic Dayak [XDY] (Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah)
- Ibanic (6)
Post a Comment